Home » , , , » Mengurangi Makan dengan Rekayasa Aroma Makanan

Mengurangi Makan dengan Rekayasa Aroma Makanan

TEMPO.CO, Jakarta - Gigitan besar membuat perut besar. Demikian diungkapkan para peneliti. Namun kini ilmuwan mempunyai solusinya: orang cenderung menggigit lebih sedikit makanan ketika makanan tersebut disertai aroma yang kuat. Jadi makanan yang beraroma kuat bisa membuat orang makan lebih sedikit.

Umumnya kita mengambil lebih banyak makanan yang kita kenal dan mengambil lebih sedikit makanan yang membutuhkan kunyahan lebih banyak. Menurut catatan peneliti, gigitan kecil lebih baik karena hal itu membuat perut Anda merasa kenyang lebih cepat serta menurunkan jumlah makanan dan kalori yang dikonsumsi.

Untuk melihat bagaimana bau makanan bisa mengubah ukuran gigitan, para peneliti mendesain makanan dengan cara yang aneh yang memisahkan bau dari faktor lain yang mempengaruhi besarnya gigitan. Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal Flavour edisi 21 Maret 2012.

Para partisipan diberi puding vanila dengan tabung, sementara bau puding vanila dikirimkan langsung ke bagian belakang hidung mereka. Mereka mengontrol jumlah puding yang masuk ke dalam mulut dengan menekan tombol untuk menghentikan. Para ilmuwan menimbang wadah puding sebelum dan sesudah "gigitan" untuk menghitung ukurannya. Rata-rata partisipan mengkonsumsi porsi normal makanan penutup.

Menurut Rene de Wijk, peneliti senior di Wageningen University dan Research Centre di Belanda, bagian belakang hidung meniru bau selama proses makan sesungguhnya. "Penampilan ini menyerupai situasi ketika makan normal di mana bau menjalar dari makanan ke mulut," kata dia seperti dikutip situs LiveScience edisi 21 Maret 2012. "Kami tidak bisa mengatakan apakah bau di dalam ruangan atau di piring mempunyai efek yang sama karena kami tidak mengujinya," ujar dia.

Para peneliti menemukan bahwa ketika makanan diasosiasikan dengan bau yang kuat, meski krim enak yang digunakan, orang cenderung menggigit lebih sedikit. "Aroma yang kami gunakan baunya adalah krim lezat dengan kadar rendah," ujar de Wijk. "Kami belum menguji bau aroma makanan lainnya, tapi kami yakin bahwa efeknya seperti yang diharapkan ketika aroma tersebut berkenaan dengan makanan."
LIVESCIENCE | ARBA'IYAH SATRIANI

0 comments:

Posting Komentar