
(Foto: Getty Images)
CITA rasa manis disukai banyak orang, dengan karakteristik yang mampu membuat makanan semakin enak. Tak mengherankan bila cita rasa manis mendarah daging dan makin digilai, bahkan cenderung sulit dihilangkan."Kenapa masyarakat Indonesia suka rasa manis? Alasanya karena budaya, gula sangat murah, selain itu faktor enjoyment yang sudah terdoktrin," kata Ina A. Murwani, Executive Director Asosiasi Kopi Spesial Indonesia, kepada okezone saat ditemui di Liberica Coffee, Pacific Place, SCBD, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Menurutnya, kebanyakan orang sudah mengenal rasa manis sejak bayi. "Waktu proses pengenalan makanan bayi saja sudah dikenalkan dengan rasa manis. Pada usia 6 bulan, buah disarankan buah pisang, jeruk, tidak pernah disarankan sayur dulu. Rasa manis sudah jadi budaya. Ketika besar, kegemaran dengan rasa manis juga makin besar," bebernya.
Ina menambahkan, cita rasa manis boleh saja dibutuhkan untuk menghilangkan kejenuhan mengonsumsi makanan. Namun, penggunannya sebaiknya tidak berlebihan.
"Rasa manis bisa membuat tubuh Anda jadi memiliki tenaga, tapi jangan dibiasakan," lanjutnya.
Dijelaskannya, rasa manis mungkin saja bagus dipakai dalam mengolah makanan, akan tetapi tidak dengan penggunaan minuman kopi. Sebab, rasa manis akan menghancurkan kopi terlebih bila kopi yang dibuat adalah dari biji kopi sesungguhnya tanpa ada campuran sedikitpun.
"Selain menghancurkan rasa kopi, rasa manis pun juga mengurangi jumlah kopi. Sebagai contoh, banyak orang Indonesia memberikan gula sebagai rasa manis sebanyak dua sendok sementara kopinya hanya satu sendok," tutupnya. (ftr)
0 comments:
Posting Komentar