Home » , , , , » Evolusi Kopitiam di Indonesia

Evolusi Kopitiam di Indonesia

KEDAI kopi berkonsep kopitiam mulai marak dua tahun terakhir, menjadi tempat nongkrong baru kaum urban di kota besar. Salah satunya Killiney Kopitiam, yang merupakan franchise asal Singapura.

Bermula dari sebutan untuk kedai kopi sederhana di Singapura dan Malaysia, Kopitiam masuk ke Indonesia dan berevolusi menjadi lebih modern. Kopitiam ini marak bermunculan di mal dan jadi alternatif baru tempat makan dan nongkrong. Lihat saja suasana sore di outlet Kopitiam (tanpa nama depan dan belakang) di Grand Indonesia Shopping Town. Outlet yang besarnya tak seberapa ini nyaris penuh dengan berbagai jenis orang. Ada ibu-ibu muda yang asyik ngobrol, pria dan wanita yang berdandan seperti karyawan, ada pula seorang pria yang duduk sendiri dan asyik dengan komputer jinjingnya.

Suasana nyaris sama bisa ditemukan di QQ Kopitiam di Plaza Indonesia. Saat makan siang, outlet-nya selalu penuh dengan eksekutif muda yang berkantor di sekitar kawasan Thamrin-Sudirman. Saat sore, pengunjung berganti dengan anak-anak muda dan ibu-ibu kelompok arisan.

Dua tahun belakangan, kopitiam memang banyak bermunculan di mal-mal besar di Indonesia, seperti Pondok Indah Mall, Mal Taman Anggrek, Mal Ciputra, Central Park Mall, Gandaria City, Supermal Karawaci, sampai Teraskota BSD. Merek kopitiamnya juga tak hanya milik lokal, tapi ada juga yang franchise dari Singapura, seperti Killiney Kopitiam.

Menurut Ketua Persatuan Pengusaha Kopitiam Indonesia (PPKTI) Mulyadi Praminta, kedai kopi yang disebut kopitiam sebenarnya sudah ada sejak 1919. Hanya saja, waktu itu bentuknya masih sangat sederhana, seperti warung kopi di pinggir jalan. Setelah para pengusaha dengan modal investasi besar masuk, kopitiam mengalami perubahan, salah satunya dengan mulai masuk ke mal.

"Sekarang pertumbuhannya cukup pesat. Misalnya saja Lau's Kopitiam, dalam 4,5 tahun sudah punya 14 outlet," kata Mulyadi.

Apa yang dikatakan Mulyadi memang bukan isapan jempol. Sebagai gambaran, jika Lau's Kopitiam berkembang pesat, maka QQ Kopitiam di Plaza Indonesia akan segera pindah ke tempat yang lebih luas, demi menampung pengunjung yang terus bertambah.

"Masih di Plaza Indonesia juga. Kita enggak mau seperti di Permata Senayan yang selalu over capacity," ujar Manajer Operasional QQ Kopitiam Agung Prabowo.

Menu Sederhana
Kopitiam awalnya populer di Malaysia dan Singapura. Ini adalah kedai kopi, yang sesuai namanya, menyediakan kopi dan menu sarapan. Karena hanya menyediakan sarapan, menunya pun tidak macam-macam, hanya roti bakar, roti srikaya, atau telur. Tempatnya juga sederhana, hanya bermodal meja dan kursi yang ditempatkan di trotoar atau pinggir jalan, dekat lalu-lalang orang.

Istilah kopitiam sendiri berasal dari kata kopi yang diambil dari bahasa Melayu dan tiam yang artinya kedai dalam bahasa Hokkien. Memang, para pelopor pendiri kopitiam adalah orang-orang China Hokkien yang merantau ke Malaysia dan Singapura. Karena sulit mendapatkan pekerjaan di sektor formal, mereka akhirnya memutuskan untuk berdagang. Hal yang sama sesungguhnya terjadi pada orang-orang Hokkien yang ada di Medan dan Batam.

Saat masuk ke Jakarta, kopitiam mulai berevolusi. Konsepnya menjadi lebih modern. Mulai dari tempatnya yang lebih nyaman hingga menu makanan yang beragam. Kebanyakan kopitiam yang ada di mal-mal tersebut menyediakan makanan peranakan (makanan kolaborasi Melayu dan China) seperti nasi lemak, mi rebus, atau nasi lemak chicken. Juga makanan khas Singapura, seperti laksa singapura atau singapore curry chicken. Tak ketinggalan, makanan Indonesia.

Sementara minumnya, masih seputar kopi dan teh. Yang unik, kopitiam punya semacam kode khusus untuk minumannya. Misalnya, O (kosong) untuk minuman tanpa gula,  untuk tambahan susu, dan "peng" untuk es. Jadi, jika di menu ada tulisan Teh-O itu artinya teh tawar atau "coffee c peng" artinya es kopi susu (manis). Soal makanan, rupanya banyak konsumen yang menyenangi makanan Melayu.

"Saya perhatikan, konsumen senang dengan makanan yang berwarna gelap dan manis. Mungkin karena orang Indonesia, jadi lebih dekat seleranya dengan makanan Melayu," kata Marketing and Branding Manager Kopitiam Willy Anthony Pukarta.

Di kopitiam Oey, milik Bondan Winarno, dilakukan modifikasi lagi dengan menyediakan makanan dan minuman yang lebih Indonesia. Di sini, menunya kebanyakan adalah menu Indonesia, terutama untuk minumannya. Ada banyak sekali minuman teh lokal, terutama dari Jawa, seperti wedang uwuh imogiri atau teh blonthang.

Restoran berkonsep kopitiam memang punya keunikan sendiri. Dengan makanan khas Asia Tenggara, kedai ini seperti berusaha menyejajarkan diri dengan banyaknya restoran atau kedai kopi Western yang banyak menyerbu mal di Indonesia sejak 10 tahun terakhir. Kopitiam seolah ingin memberi sinyal pada kalangan menengah, bahwa makanan peranakan, Melayu, dan lokal juga layak disantap di tempat berkelas.

"Bisa dibilang, kopitiam yang ada di mal-mal itu untuk mereka kalangan menengah ke atas, tapi yang suka dengan makanan Melayu, makanan khas lokal," tandas Mulyadi. (ftr)

0 comments:

Posting Komentar