TEMPO.CO, Jakarta - Jakarta bukan melulu soal banjir, sekolah roboh, atau orang yang pingsan saat antre bantuan langsung tunai (BLT). Ada sisi lain Ibu Kota yang gemerlap--terlalu gemerlap, malah. Ada sekelompok wanita yang mendedikasikan hidup untuk sepotong (atau berpotong-potong) tas. Bukan sembarang tas, melainkan tas dengan label Herm's, yang harganya setara sebuah Mercedes Benz atau BMW.
Silakan percaya, boleh juga tidak. Tapi semua itu tertuang dalam buku Herm's Temptation yang ditulis duo Fitria Yusuf dan Alexandra Dewi. Dua penulis (dan pebisnis) fashion ini pernah meluncurkan Little Pink Book: Jakarta Style and Shopping Guide pada 2009.
Keduanya pencinta Herm's dan merek-merek wah lainnya, yang kemudian menjadi reseller (penjual kembali) tas-tas mahal itu di Indonesia. Ditulis dalam bahasa Inggris, buku 350 halaman ini memuat cerita jenaka, satire, dan penuh kejutan.
Kisah-kisahnya tak hanya menarik bagi mereka yang memiliki--atau bermimpi sampai meneteskan liur untuk memiliki--Herm's. Tapi juga untuk mereka yang ingin tahu gaya hidup jetset Indonesia. Sesudah membaca, Anda mungkin tertawa, terhenyak atau, memaki-maki gaya hidup antikrisis para sosialita negeri ini.
Siapa sangka, di tengah ribut-ribut rencana kenaikan bensin, Birkin--salah satu tas ikon Herm's--terjual bak kacang goreng di sini. They still sell like peanuts, kata Fitria Yusuf. Oke, bayangkan ini: Fitria dan Alexandra membentuk grup di BlackBerry Messenger (BBM) dengan nama Herm's Temptation--yang kemudian jadi judul buku ini. Bukan cuma satu grup BBM, tapi tujuh, yang masing-masing sudah penuh beranggotakan 30 orang. Grup ini adalah forum mereka berdua untuk menjual Herm's ke para penggilanya di Indonesia.
Buku ini memuat 16 bab pengalaman dua wanita menjadi agen penjual tas supermahal itu di Tanah Air. Ada pengalaman menyenangkan (siapa perempuan yang tidak suka disuruh shopping setiap saat?), melelahkan (misalnya saat mereka harus memotret sebuah tas dari 26 angle berbeda untuk memastikan barang itu tanpa cacat setitik pun), menegangkan (harus bolak-balik setiap dua jam ke toko Herm's di Paris selama berhari-hari hanya untuk pulang dengan tangan kosong), dan sejuta perjuangan mendapatkan tas idaman.
Well, bagi banyak wanita, Birkin dan Kelly bagaikan "holy grail"-- cawan suci dalam buku Da Vinci Code. Berlebihan? Mungkin saja. Tapi perusahaan ini memang luar biasa "sombong" dalam berdagang. Bahkan pernah terjadi kehebohan saat pembawa acara Oprah Winfrey ditolak masuk ke private sale Herm's. Entah karena wajahnya tak dikenali oleh penjaga pintu atau sang pembawa acara yang ogah antre, yang jelas insiden ini menunjukkan betapa sulit menembus "dunia" Herm's. Gara-gara kejadian ini, seorang CEO Herm's sampai meminta maaf kepada publik melalui sejumlah jaringan televisi. Satu lagi korban dari si "holy grail"!
Yang menarik, berbeda dengan di sini, orang di Paris memakai Birkin sebagaimana fungsinya: sebagai tas! Tas yang dipakai setiap hari dijejali barang-barang di dalamnya dan dicampakkan di lantai saat makan di kafe. Jika hujan, pemilik Herm's di sini mungkin lebih suka memayungi tasnya daripada kepalanya. Alexandra mengatakan, "Kalau kita kehujanan, paling hanya terkena flu. But if my Birkin got wet, not only will I suffer emotional scarring, I also loss some financial investment on that bag, too."
Tak usah membaca buku ini terlalu "serius", anggap saja sebagai rekreasi: bertualang ke dunia Herm's.
ANDARI KARINA ANOM
Judul: Herm's Temptation
Penulis: Fitria Yusuf dan Alexandra Dewi
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: 2011
Tebal: 350 halaman
0 comments:
Posting Komentar