Waspadai Bila Nyeri Sendi

TEMPO.CO, Jakarta - Derita itu hadir pada medio April 2010. Saat bangun pada pagi hari, Annie Erika Siregar tiba-tiba merasakan nyeri hebat di sekujur tubuhnya. Persendiannya mengalami rasa sakit luar biasa. Bergerak sedikit saja dia tidak mampu. Alhasil, selama dua bulan, perempuan berusia 62 tahun ini terkulai lemah menahan rasa sakit di pembaringan.

"Saya tidak mampu menggerakkan badan. Semua sendi di sekujur tubuh sakit betul. Sampai-sampai keluarga menyangka saya lumpuh," kata Annie saat memberikan testimoni tentang penyakitnya di Jakarta, Jumat 13 April 2012.

Bingung, depresi, merasa tak berguna lagi, dan nyaris putus asa melanda Annie. Dia tidak menyangka ada penyakit yang menyerangnya secara tiba-tiba. Padahal sebelumnya pensiunan pegawai Kementerian Pertanian ini masih segar bugar. Sebagai penyuluh tingkat nasional, ibu lima anak ini terbiasa bepergian ke banyak tempat dan bertemu dengan banyak orang. Dia juga aktif di berbagai kegiatan sosial. "Saya depresi. Sebelumnya aktif di organisasi dan senang menolong, tapi kemudian malah harus ditolong," kata Annie.

Pada awal pengobatan, menurut Annie, dokter menyatakan dirinya hanya mengalami sakit sendi biasa. Belakangan, saat berobat di RS Hasan Sadikin, Bandung, dokter mendiagnosis Annie terkena penyakit arthritis rheumatoid dan memberinya obat tocilizumab selama 24 pekan. Kini kondisi Annie membaik dan sudah bisa melakukan berbagai aktivitas keseharian, seperti memasak atau menjahit.

"Arthritis rheumatoid tergolong penyakit autoimun yang progresif dan sistemik karena bisa mempengaruhi organ tubuh lain," kata Ketua Asosiasi Reumatologi Indonesia, Profesor Handono Kalim, dalam seminar media tentang arthritis rheumatoid yang juga dihadiri Annie di Hotel Shangri-La, Jakarta.

Pada pasien arthritis rheumatoid, dokter spesialis penyakit dalam ini menjelaskan Annie akan mengalami peradangan, merah, dan rasa nyeri. Yang paling umum, radang dimulai dari sendi yang paling kecil, seperti sendi jari tangan. Kemudian radang akan menyerang seluruh sendi tubuh pasien.

"Jika seseorang mengalami gejala seperti ini, dia sudah harus menduga apakah itu rheumatoid atau bukan," kata Handono. Sebab, pengobatan yang cepat dan tepat sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup pasien. "Kalau tidak cepat diobati, bisa menyebabkan cacat dalam waktu 1-2 tahun," ujar guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, ini.

Menurut Handono, pada arthritis rheumatoid sistem imun membentuk zat Interleukin-6 (IL-6) secara berlebihan. IL-6 adalah mediator peradangan yang bertindak sebagai pengirim sinyal biokimia antarsel dan berperan dalam mengatur peradangan akut dan kronis di seluruh tubuh.

Berbeda dengan dugaan Annie, yang menganggap penyakitnya datang mendadak, dokter Handono menyatakan arthritis rheumatoid tidak datang tiba-tiba. Menurut dia, sistem imun seseorang sebetulnya dididik sejak kecil. Pada orang normal, sistem imun dididik untuk tidak menyerang badannya sendiri, tapi melawan kuman penyakit yang datang dari luar. "Tapi, ada suatu bawaan sistem imun itu marah pada badan sendiri. Karena suatu sebab, kemungkinan infeksi yang dulu-dulu, bertumpuk-tumpuk, makin lama makin menyimpang, suatu waktu tercetus dan melawan badan sendiri," ujarnya.

Sikap sistem imun yang melawan diri sendiri dipengaruhi faktor lingkungan dan makanan, seperti kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung pewarna dan pengawet. Yang tak kalah bahaya adalah kesukaan kaum perempuan yang ingin tampil menarik dengan suntik silikon. "Kalau wanita pakai suntik silikon, itu 20 tahun kemudian risiko auto-imunnya bisa lebih tinggi. Ditambah lagi bila ada kasus silikon bocor," kata Handono.

Meski belum ada angka spesifik soal penyakit arthritis rheumatoid, menurut Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, Ekowati Rahajeng, diperkirakan 30 persen masyarakat mengidap penyakit ini. Dari jumlah itu hanya 14 persen yang didiagnosis mengidap arthritis rheumatoid. Ini disebabkan oleh banyak orang menganggap arthritis rheumatoid sebagai nyeri sendi biasa, sehingga mereka tidak mencari pengobatan yang tepat.

Ekowati menegaskan penyakit ini bisa menyerang orang dari kelompok umur mana pun. "Arthritis rheumatoid bukan hanya penyakit untuk orang lanjut usia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2010, ada juga yang berusia 18 tahun terkena penyakit ini," ujarnya.
AMIRULLAH

0 comments:

Posting Komentar